MERATAPI NASIB MASJID TERAPUNG DI KOTA BANDUNG
Oleh HM. Rafani Achyar[*]
Setiap akhir pekan, saya menyalurkan hobi gowes bersama komunitas, kali ini tepatnya sabtu 13 maret 2021 , objek yang dituju adalah Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA) yang terletak di kawasan Gede Bage Kota Bandung. Tidak jauh dari lokasi GBLA, berdiri sebuah bangunan besar yang agak unik dan antik dikelilingi oleh kolam air yang cukup luas, inilah dia MASJID AL JABBAR yang peletakkan batu pertamanya pada tanggal 29 desember 2017 oleh Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat ketika itu, Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar.
Masjid ini dibangun di atas danau buatan, sehingga sering disebut MASJID TERAPUNG GEDE BAGE, rencananya akan dilengkapi dengan beragam fasilitas untuk kegiatan dakwah Islam, bahkan akan ada Museum Nabi Muhammad, Museum Asma ul husna dll. Biayanya bersumber dari APBD Jawa Barat tahun 2017, jumlahnya diperkirakan mencapai 600 miliar hingga Rp. 1 triliun, direncanakan akan diresmikan pada tahun 2020 ketika rampung keseluruhan bangunannya .
Nama Al Jabbar diambil dari salahsatu di antara 99 Asmaul husna, yang artinya Maha Gagah, Maha kuasa. Karena begitu gagahnya Masjid ini (baik arsitektur bangunan maupun nama yang disandangnya), ditambah promosi yang cukup inten oleh gubernur yang sekarang (Kang Emil) maka ramai dibicarakan bahwa Masjid ini akan menjadi IKON baru Kota Bandung sekaligus menjadi objek wisata religius
Gambaran yang begitu indah dan agung seperti yang diceritakan tadi, pupus semuanya ketika saya bersama komunitas goweser lewat di halaman Masjid Al jabbar dan berfoto bersama di halaman. Ternyata pembangunannya sudah terhenti entah dari kapan, sisa sisa material berserakan di sudut sudut halaman, kolam yang konon menjadi keunikan khas Masjid ini, airnya keruh dan banyak sampah. Keindahan arsitektur bangunan yang dibangga banggakan hanya bagus bila terlihat dari kejauhan, tapi bila kita menyaksikan dari jarak dekat tak ubahnya seperti seonggok batu besar yang sedang meratapi nasib yang tak menentu.
MENYISAKAN TANDA TANYA
Proyek mangkrak dengan biaya ratusan miliar seperti itu pastilah mengundang tanda tanya besar di masyarakat, kenapa pembangunan bisa terhenti, siapa sebetulnya yang bertanggungjawab?, kenapa Gubernur tak lagi gencar mempromosikan seperti sebelumnya? kenapa DPRD jawa barat juga diam? dan akan banyak lagi pertanyaan pertanyaan lainnya. Bila tidak segera dijelaskan , masyarakat bisa berspekulasi macam macam, mungkin ada yang menduga pembangunan akan dilanjutkan, tapi bisa juga ada yang berpendapat dananya sudah menguap di tengah jalan, kalaupun akan diteruskan pastilah dianggarkan kembali pada APBD berikutnya dan berikutnya.
Bila Masjid Al Jabbar Gede Bage Kota Bandung belum berfungsi karena pembangunannya mangkrak di tengah jalan, lain lagi dengan Masjid Al Jabbar yang terletak di dekat pintu masuk Bandara Kertajati Majalengka, Saya beberapa kali lewat ke sana tidak pernah melihat ada aktifitas peribadatan bahkan pintunya pun terkunci. Lantas bagaimana nasib Masjid Al Jabbar di tempat lain?, saya tidak tahu. Saya merenung setelah melihat dua contoh Masjid yang tak berfungsi tadi , padahal dibangun dengan uang rakyat yang cukup besar, gagasannya dinarasikan melampaui citra Masjid pada umumnya, seperti Label “Masjid terunik di Indonesia, Masjid terapung di danau, Masjid dengan Musiumm Nabi, Masjid dengan Musium Asmaul Husna dsb” , tapi faktanya jauh dari kenyataan. Saya khawatir jangan jangan sinyalemen Sahabat Ali bin Abi Thalib telah berlaku hari ini Suatu saat banyak Masjid dibangun di mana mana, tapi kosong dari Hidayah. Semoga sinyalemen itu tidak terjadi di Masjid kita. Wallahu a’lam bissawab.
[*]Sekretaris Umum MUI Provinsi Jawa Barat