M Bachtiar Effendi (Mahasiswa PKU Angkatan ke 5 MUI Kota Bekasi)
MENJADI Muslim adalah anugerah terbesar dari Allah SWT, terlebih berada di Indonesia, negeri yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai tepo seliro alias tenggang rasa dalam kesehariannya.
Pada saat ini diperkirakan bahwa jumlah umat Islam di Indonesia mencapai 207 juta orang. Jumlah yang besar ini mengimplikasikan bahwa sekitar 13% dari Muslim di seluruh dunia tinggal di Indonesia dan juga mengimplikasikan bahwa mayoritas populasi penduduk di Indonesia memeluk agama Islam (hampir 90% dari populasi Indonesia). Namun, kendati mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia bukanlah negara Islam yang berdasarkan pada hukum-hukum Islam, melainkan berasaskan Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-undang Dasar 1945.
Kehebatan para pendahulu harus diapresiasi tinggi, baik dari kalangan ulama hingga umaro dalam menanamkan dan menjaga kemerdekaan serta persaudaraan dan kesatuan antar sesama anak bangsa dan saudara seagama dengan tidak menghilangkan tradisi dan anti terhadap modernisasi, yang dalam prinsip ahlus sunnah wal jamaah disebut dengan :
اَلْمُحَافَظَةُ عَلَى الْقَدِيْمِ الصَّالِحِ وَاْلأخْذُ بِالْجَدِيْدِ اْلاصْلَحُ
“Melestarikan nilai-nilai lama yang baik, dan mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik”.
Eksistensi generasi saat ini merupakan buah dari apa yang ditanam para pendahulu dalam mempertahankan budaya dan adat istiadat serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya sehingga setiap pemeluk agama di Indonesia dapat beribadah dengan aman dan nyaman, sesama warga dapat saling tolong menolong, bergotong royong, dan bahu membahu mengatasi segala persoalan yang dihadapi.
Sebagai contoh melalui tradisi Grebeg Syawal masyarakat muslim khususnya diajak bersyukur “Ngarso Dalem” terhadap berakhirnya masa puasa bulan Ramadhan, tradisi Tumpeng-an disajikan saat hari spesial seperti hari kemerdekaan, ulang tahun, menjelang pernikahan dan lain sebagainya yang memiliki arti “yen metu kudu sing mempeng”, yakni jika keluar harus sungguh-sungguh, maksudnya ialah jika sudah mengambil keputusan harus yakin menjalaninya tanpa keraguan, tradisi Batombe yaitu berpantun sambil menari-nari yang bertujuan untuk menghibur dan menjaga keakraban, tradisi Palang Pintu bagi masyarakat Suku Betawi yang mengajarkan bahwa setiap memasuki suatu wilayah hendaknya meminta izin terlebih dahulu dan menjaga tata krama, serta beragam tradisi lainnya.
Untuk meneguhkan Islam Sejati di NKRI, seorang muslim harus berperan aktif dalam persaingan global menggali potensi dan bersinergi dengan orang-orang yang ahli dibidang industri 4.0, dengan maksud agar tidak menjadi korban hoax.
Dikutip dari Cracked.com, sejarah telah mencatat beberapa perang besar disebabkan oleh hoax, baik yang disengaja untuk tujuan tertentu, maupun hal iseng yang tidak bertanggung jawab.
Sikap seorang muslim sejati, sebagai umat Nabi Muhammad SAW. sangatlah jelas, yakni membumikan nilai-nilai “rahmatan lil alamin”, karena dalam firman-Nya Allah SWT. berfirman :
وَما أَرْسَلْناكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Beberapa sifat umat Rasulullah SAW yang digambarkan dalam al-Quran dan haditsnya untuk mewujudkan nilai-nilai rahmatan lil alamin antara lain yaitu :
• Menjaga Kejujuran
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Muslim no. 2607)
• Menjaga Kebaikan
مَثَل المؤمن مَثَل النحلة، لا تأكُلُ إلا طيِّبًا، ولا تضَعُ إلا طيِّبًا
“Perumpamaan seorang Mukmin bagaikan lebah, ia tidak makan kecuali yang baik dan tidak memberi kecuali yang baik.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
• Menjaga Orang Lain
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو – رضى الله عنهما – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللّه عَنْهُ
Dari Abdullah bin ‘Amru. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (Shahih Bukhari).
• Menjaga Kedamaian
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.” (QS. An Nisa: 114).
Menjelang HUT RI ke-76 tahun, sebagai muslim sejati, mari gaungkan kembali tradisi-tradisi baik yang dibawa oleh para pendahulu negeri untuk mewujudkan Indonesia bangkit dari pandemi. Kibarkan semangat bergotong royong, toleransi, saling menghargai, dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan negeri.
Dengan izin Allah SWT. Indonesia selalu menjadi negara yang dihuni oleh muslim sejati.