DI penghujung Rihlah Ilmiah, 28 Agustus 2021, mahasiswa PKU MUI Kota Bekasi diwajibkan mengikuti dua kegiatan sekaligus, yaitu Halaqah Ilmiah di Ponpes Dar El Tauhid, Arjawinangun dan Stadium General di Ponpes Khas Kempek sebagai penutup Rihlah Ilmiah dengan tema sentral Islam Wasathiyah.
Halaqah ilmiyah dan stadium general selain diikuti mahasiswa dan mahasiswi PKU juga dihadiri langsung oleh direktur LPKU MUI Kota bekasi KH Abu bakar Rahzis MA dan didampingi Ssekretaris Direktur Ustadz Luqman Hakim SPd I dan para dosen pembimbing.
Materi Halaqah Ilmiah disampaikan Prof Dr KH Ahsin Sakho pengasuh ponpes Dar El Tauhid Arjawinangun, sedangkan Stadium General disampaikan Dr KH Muhammad Mustofa Aqil Siroj pengasuh Ponpes Khas Kempek.
Intisari materi yang disampaikan Prof Ahsin Sakho menekankan pentingnya ilmu dalam kehidupan umat manusia. Mengawali taushiyahnya beliau menyitir surah Al Mujadilah ayat 11, surah Al Baqarah ayat 31, surah Al ‘alaq ayat 1 – 5,dan surah Al Isra ayat 36.
Esensi dari ayat-ayat tersebut mengajarkan kepada kita bahwa sebelum memulai apapun harus terlebih dahulu menyiapkan bekal ilmu yang mumpuni, apalagi terjun ke masyarakat sebagai da’i atau muballigh. Ilmu dimaksud tidak cukup hanya dengan bekal ilmu agama aqidah, syariah dan akhlak, melainkan juga harus ditopang dengan ilmu sosial lainnya. Potret yang demikian dapat dilihat dari keberhasilan ulama masa lalu, misalnya Walisongo.
Pendekatan dakwah secara kultural membuahkan hasil yang cukup gemilang tanpa menafikan budaya lokal masyarakat.
Dalam konteks pengamalan Islam Wasathiyah beliau menekankan pentingnya sikap moderasi dalam beragama, tidak berlebihan miring ke kanan atau miring ke kiri, menghindari sikap radikal dan liberal dalam beragama, apalagi dengan mudahnya mengkafirkan orang lain, yang pada gilirannya akan merusak kerukunan dan persatuan diantara umat beragama di Indonesia. Hal tersebut jelas bertentangan dengan Pancasila dan nilai-nilai kebangsaan.
Perspektif Islam Wasathiyah lebih rinci disampaikan KH Muhammad Mustofa Aqil Siroj yang mengawali dengan mencontohkan kesuksesan dakwah nabi Muhammad SAW sebagai guru dan sekaligus sebagai pimpinan negara. Kunci sukses dimaksud meliputi : Baginda Rasul mampu menciptakan dan membangun kebersamaan (ma’iyyah) dengan bersendikan pada bekal nubuwah dan risalah.
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di negara Republik Indonesia, dengan berlandaskan pada firman Allah surah Al Mumtahanah ayat 8, Islam Wasathiyah dimaknai dalam bentuk larangan bughat (memberontak pemerintah yang sah), menerapkan nasionalisme, hubbul wathon minal iman, mencintai negara bagian daripada iman. Perlu membantu dalam mewujudkan ketahanan dan ketenangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta menciptakan kedamaian.
Itulah pokok-pokok Islam Wasathiyah yang perlu diimplementasikan para ulama dalam berdakwah dan membimbing umat. (lukman/zas)