Makassar, muisulsel.com – Menerima reski Allah swt apa adanya adalah sikap qanaah yang penuh rasa syukur. Seseorang itu menjadi serba kekurangan terkadang karena ada pada kondisi dan situasi yang sulit untuk bergerak dan berusaha yang situasional ia hadapi
Seseorang mukmin hendaklah tetap bersabar dan bila Ia bersabar, maka kondisi bersabar dalam kesempitan dipuji Allah sebagai orang di jalan Allah
وقال تَعَالَى: {لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا في سَبِيلِ اللهِ لا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إلْحَافًا} [البقرة: 273].
Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah, sehingga dia yang tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui.
Berada di jalan Allah tetap tidak dibenarkan meminta minta. Seseorang tetap harus menjaga diri dan tidak memanfaatkan situasi itu untuk meminta-minta dengan alasan berada di jalan Allah swt. Imam Ali Karramallahu wajhahu berkata, “Jangan berharap kepada orang lain niscaya engkau sepadan dengan mereka.
Muliakanlah orang lain niscaya mereka engkau jadi penuntun mereka, dan bila engkau bergantung kepada orang lain niscaya engkau berada pada kendalinya”.
Allah selalu jamin mereka yang qanaah sebagaimana hadis Qudsi :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ((قال الله تعالى: يَا ابن آدم، تفرَّغ لعبادتي أملأ صدرك غنًى، وأسدّ فقرك، وإلا تفعل، ملأتُ صدرك شغلًا، ولم أسد فقرك)). رواه أحمد
Allah berfirman, “Hai anak cucu Adam fokuslah ibadah niscaya aku isi dadamu rasa kaya, dan aku penuhi kebutuhan hidupmu jika tidak kamu lakukan itu maka dadamu kuisi rasa sibuk dan tidak kupenuhi hajat hajatmu”.
Nabi saw pernah ingatkan sahabatnya Hakim ra untuk tidak buru harta benda karena itu bagian dari tamak hati:
((يَا حَكِيم، إنَّ هَذَا المَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ، وَمَنْ أخَذَهُ بإشرافِ نَفسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، وَكَانَ كَالَّذِي يَأكُلُ وَلا يَشْبَعُ، وَاليَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اليَدِ السُّفْلَى)).
Hai Hakim, harta itu manis dan segar. Siapa ambil dengan jiwa derma dan tidak tamak maka diberkahi, dan siapa yang ambil dengan jiwa serakah, tidak diberkahi Allah swt.
Qanaah itu kaya di hati, damai dengan keadaan dan selalu syukuri nikmat Allah. Manakala seorang mukmin ingin merasakan nikmat Allah Swt dalam keseharian, maka hendaklah ia merasa cukup dengan hasil yang di dapat saat itu, karena itu adalah anugerah Allah Swt kepadanya . Allahu A’lam.
The post GORESAN PAGI: Qanaah dan Tidak Meminta-minta appeared first on MUI Sul Sel.