Connect with us

Hi, what are you looking for?

Berita

Bencana Alam dalam Kajian Tafsir Alquran, Tak Sekadar Fenomena Alam?

JAKARTA – Bencana merupakan suatu fakta kehidupan yang tidak dapat dihindari, kerap datang tiba-tiba, menimbulkan kerusakan bahkan kematian. Kerusakan alam yang dirasakan manusia tersebut, sering dikonotasikan dengan kehendak Allah SWT semata hingga memunculkan beragam tafsir dari ketidakpedulian Tuhan hingga azab untuk umat manusia. Apakah benar demikian?

Pembahasan bencana kaitannya erat dengan fenomena yang terjadi di Indonesia. Melansir data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 3.318 peristiwa bencana alam yang terjadi di seluruh Indonesia sejak awal tahun hingga 4 Desember 2022.

Berdasarkan data tersebut, tidak keliru apabila Indonesia menjadi salah satu negara yang berpotesi tinggi hadapi ancaman bencana.

Apa itu bencana?

Ibnu Manzūr dalam karyanya Lisān al-‘Arab menyebutkan istilah bencana dikenal dengan al-kaaritsah (الكارثة) yang berarti suatu keadaan yang diliputi kesulitan, al-baliyyah (البلية) dan ad-dahr (الدهر) yang berarti perkara yang tidak disukai oleh manusia, seperti kemalangan dan musibah.

Sedangkan dalam KBBI, bencana berarti sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitan. Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 155 sebagai berikut:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Allah SWT menimpakan cobaan kepada hamba-Nya berupa kesenangan, kesengsaraan yang berupa rasa takut dan rasa lapar, kehilangan harta, serta meninggalnya para sahabat, kerabat dan orang-orang yang dicintai.

Tak hanya itu, ujian bisa ditimpakan pula dalam sektor ekonomi, yang dalam ayat di atas disebut dengan (وَالثَّمَرٰتِۗ) yakni kebun dan sawah tidak mengeluarkan hasil seperti biasanya.

Ibnu Katsir juga menambahkan, manusia diperintahkan untuk bersabar dalam menghadapi ujian. Barang siapa bersabar maka diganjar pahala dari-Nya dan siapa saja berputus asa, maka Allah SWT akan menimpakan siksaan terhadapnya.

Sebab datangnya bencana
Patut diketahui, datangnya bencana di muka bumi, dapat disebabkan faktor kejadian alam (seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, dan lain-lain) dan akibat ulah manusia (seperti banjir, cuaca ekstream, kebakaran hutan, dan lain sebagainya).

Oleh sebab itu, sebagaian bencana hadir dikarenakan perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab terhadap alam. Firman-Nya dalam surat ar-Ruum ayat 41:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Namun demikian, apabila telah terjadi bencana, Allah SWT memberikan cara bagaimana manusia harus bersikap yakni dengan bersabar. Sebagaimana yang disebutkan dalam surah al-Baqarah sebelumnya. Pada ayat selanjutnya, yakni 156-157, Allah SWt berfirman:

اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ (١٥٦) اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ (١٥٧)

“(156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). (157) Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Prof Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah menjelaskan, kalimat (اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ) merupakan kalimat yang tidak diajarkan Allah kecuali kepada Nabi Muhammad SAW dan umatnya.

Barang siapa yang mengucapkan kalimat tersebut mana kala tertimpa musibah serta menghayati maknanya, maka dia akan mendapat keberkahan dari-Nya.

Keberkahan yang didapat manusia tersebut dapat berupa pengampunan, pujian, menggantikan yang lebih baik daripada nikmat sebelumnya yang telah hilang, dan lain-lain.

Semua keberkahan itu bersumber dari Allah SWT agar manusia mendapatkan rahmat dan petunjuk. Bukan saja petunjuk untuk mengatasi kesulitan, dan kesedihan, tetapi juga petujuk menuju jalan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Oleh sebab itu, kewajiban manusia sebagai khalifah di bumi adalah untuk menjalankan amanah sebaik-baiknya dan menjaga apa yang telah Allah SWT berikan.

Apabila amanah tersebut diingkari, maka jangan salahkan Tuhan atau pun alam yang marah akibat ulah tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Wallahu’alam. (Isyatami Aulia).

Total Views: 2084 ,
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkait

MUI PUSAT

Malang, MUIJatim.or.id Sebanyak 50 siswa-siswi Sekolah Alam Al Izzah Krian, Kabupaten Sidoarjo tanggal 27 September 2023 mengunjungi Demplot Usaha Lebah Madu Berbasis Syariah atas...

Berita

JAKARTA, MUI.OR.ID– Beberapa hari ini ramai pemberitaan di media massa soal status kehalalan pewarna Karmin atau yang berasal dari serangga Cochineal untuk dijadikan sebagai...

Berita

Dalam memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW., alias Maulid Nabi, yaitu pada 12 Rabiul Awal, ada banyak amalan yang dapat dilakukan. Misalnya membaca shalawat, berpuasa,...

Berita

Oleh Dr Agus Hermanto MHI, pengurus Komisi Penelitian MUI Lampung (الخطبة الأولى) السّلام عليكم ورحمة الله وبركاتهالحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ...