Oleh Ustad Chotim Wibowo
LUAR biasa dua remaja santri ini. Hebat. Bagaimana tidak? Selama 41 hari terakhir ini, keduanya berpuasa dan mengkhatamkan Alquran setiap hari. Ya, setiap hari.
Tasyakuran selesainya digelar semalam, Ahad (25/12/2022). Kedua santri, Rizki dan Afif, turun dari kamar ‘pertapaan’. Keduanya disambut ratusan rekan santrinya. Sambutan kelegaan. Sambutan rasa syukur dengan membaca doa khatmil quran pembacaan shalawat.
Doa utama dipimpin langsung guru mereka. Sungguh, menjadi suasana yang penuh emosi, mengharukan, dan sekaligus melegakan.
Kedua santri ini baru selesai menjalani masa riyadhoh. Sebuah prosesi yang harus dijalani santri setelah mereka diwisuda khatam bil ghoib 30 juz. Prosesi yang menguras tenaga, sepenuh tekad dan harap.
Riyadhoh menjadi ajang ujian chandra dimuka bagi para penghafal quran di pesantren ini. Ujian keprihatinan bagi santri yang telah selesai menghafal Al-Qur’an agar hafalannya mutqin. Agar hafalan mereka tak hilang saat terjun ke masyarakat. Ya, kedua santri ini pertengahan Oktober lalu sudah diwisuda hafal 30 juz Alquran.
Selama riyadhoh, santri ini setiap hari wajib mengkhatamkan Alquran. Setiap hari dia harus khatam Alquran. Setiap hari pula dia harus berpuasa. Dan, dia selama itu wajib shalat fardhu berjamaah. Subhanallah.
Demikian juga, selama ujian ini, mereka tak boleh keluar perkataan dari mulut selain Alquran. Jangankan ngobrol, berbicara saja tak boleh sembarangan.
Untuk memperlancar proses, telah disediakan kamar khusus. Kamar tempat mereka mengaji dan beristirahat. Rekan santri yang diberi tugas melayani, menyiapkan makanan sahur atau berbuka. Selain tentu mencari keberkahan Alquran.
Misalnya jika ingin nanti saat berbuka ‘pecel lele’ , dia hanya tinggal menulis di kertas dan menyerahkan ke santri yang piket. Sedangkan dia masih tetap ‘dremimil’ ngaji, menyelesaikan hafalannya.
Pernah kejadian, saat santri riyadhoh memesan pecel lele, kemudian berbukanya -mungkin- terlalu banyak. Kekenyangan dan ketiduran selepas isya. Padahal masih ada 6 juz yang belum terbaca. Santri ini lalu harus mengulang dari nol hari.
Tampaknya demikian berat upaya kedua santri yang riyadhoh ini. Tidak bisa terbayangkan ketika setiap hari harus selesai khatam 30 juz. Sebagai upaya dan janji agar hafalan Alquran mereka mutqin, lanyah. Bahkan sampai akhir hayat.
Saat turun, dua wajah santri ini tampak lelah, namun -percayalah- sangat teduh. Adem. Doa khataman yang mereka baca di aula tampak bergeatar. Itulah doa sebagai janji akan selalu berkhidmat kepada Alquran.
Demikian aura riyadhoh, aura khatmil quran di sebuah pesantren kecil di kawasan Babelan Bekasi. _Allahummarhamna bil quran.***
Bekasi, 26122022◊
