YOGJAKARTA, KORANBEKASI.ID – Pondok Pesantren Sunan Pandanaran dengan antusias menyambut kedatangan Lembaga Pendidikan Kader Ulama Majelis Ulama Kota Bekasi (LPKU-MUI). Rihlah Ilmiah dan stadium general terlaksana dengan baik pada Minggu (13/10/2024) di Aula Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta.
Acara ini dihadiri KH Lukman Hakim selaku Sekretaris Direktur LPKU MUI Kota Bekasi, KH Taufik selaku pengurus LPKU, para dosen LPKU, staf panitia pendamping dan para mahasiswa LPKU sebanyak 45 peserta yang terdiri dari ormas Islam.
Dalam sambutannya, Lukman Hakim menekankan pentingnya program rihlah ilmiah yang dilaksanakan setiap tahun. “Program rihlah ini adalah program rutin yang dilaksanakan setiap tahun. Mahasiswa yang hadir ini terdiri dari berbagai macam ormas. Alhamdulillah, yang tadinya tidak akrab kini menjadi akrab, bahkan seperti keluarga besar,” ujarnya.
Dia juga menyampaikan bahwa tujuan dari program ini adalah untuk melayani umat, memperbaiki umat, dan menjaga umat dari kesesatan. “Yang paling penting adalah berfitrah kepada masyarakat,” lanjut Lukman.
Acara diakhiri dengan diskusi interaktif, di mana peserta dapat bertukar pikiran dan pengalaman, serta memperkuat jaringan antar organisasi dalam rangka meningkatkan kontribusi terhadap masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat terus berlanjut dan memberikan dampak positif bagi pengembangan ulama dan masyarakat.
KH Taufik, dalam sambutannya, berbagi pengalaman dan mendorong mahasiswa untuk memiliki semangat belajar. “Kita harus haus ilmu dan memperbanyak mutholaah. Jadilah taufik hari ini, bertemulah dengan berbagai macam orang,” pesannya.
Ia juga menekankan pentingnya toleransi dan kehati-hatian dalam bersikap.
Dalam acara Rihlah Ilmiah ini, Azka Sya’bana selaku Dewan Pengasuh Ponpes Pandanaran, cucu dari pendiri pesantren menyampaikan sejarah singkat pendirian pondok pesantren tersebut.
Azka menceritakan bahwa Pondok Pesantren Sunan Pandanaran didirikan KH Muhammad Mufid Mas’ud bersama istrinya, Hj Jauharoh. ”Berawal dari perjalanan KH Mufid yang menaiki kereta api dari Solo menuju Semarang, beliau melihat nama Sunan Pandanaran tertera di kereta. Dalam perjalanan tersebut, KH Mufid melakukan nazar bahwa jika beliau berhasil mendirikan sebuah majelis, nama pondok tersebut akan menggunakan nama Sunan Pandanaran.” jelasnya.
Pesantren ini selain ditujukan sebagai media dakwah, awalnya berkonsentrasi dalam bidang al-Qur’an, terutama tahfidh al-Qur’an. Hal ini mengingat KH Mufid adalah seorang ahli dan memiliki kapabilitas yang mewadahi di bidang tahfidh al-Qur’an.
Acara ini diakhiri dengan diskusi interaktif kepada para mahasiwa, untuk memperdalam pemahaman mengenai tema yang dibahas, berbagi pengalaman, serta mencari solusi bersama terkait isu-isu yang ada, diikuti dengan penyerahan cenderamata sebagai tanda terima kasih kepada pondok pesantren. Sebagai penutup, seluruhya mengabadikan momen tersebut dengan foto bersama. (fafa)