Connect with us

Hi, what are you looking for?

Berita

Maryam Afifi dan Pesan dari Syaikh Jarrah, Yerusalem

Oleh : Mujahidin Nur, Anggota Komisi INFOKOM MUI, Direktur The Islah Centre, Jakarta.

Tentara Israel menarik rambut Maryam Afifi dan menyeretnya laiknya menyeret binatang. Namun, musisi dan aktifis Palestina yang baru menginjak usia 26 tahun itu tetap tenang. Tubuh wanita cantik anggota Palestine Youth Orchestra itu kemudian ditendang, dipukuli untuk kemudian diborgol di hadapan puluhan tentara Israel dan ribuan demonstran di jalan Perkampungan Syaikh Jarrah, Yerusalem Timur.

Malam itu di tengah aksi solidaritas untuk mempertahankan Perkampungan Syaikh Jarrah, Maryam berusaha untuk menolong seorang wanita muda yang tergeletak di tengah jalan sesudah dipukuli dan ditendang secara brutal oleh tentara Israel. Nuraninya menjerit, ia berusaha menerobos tentara Israil yang melakukan tindakan biadab pada perempuan itu. Ia berusaha merengkuh dan membopong wanita itu, namun Maryam ditarik, dipukuli dan di tendang untuk kemudian kedua tangannya diborgol.

Perlakuan kasar dan tidak manusiawi yang Maryam terima dari tentara zionis Israel hanya karena keinginanya menolong korban kekerasan aparat zionis Israel sama sekali tidak membuat Maryam menangis atau berteriak meminta ampun. Dengan pergelangan tangan yang masih di borgol ia mengirimkan senyum kepada para pemimpin negara-negara barat yang selama ini diam membisu dengan kebiadaban dan kebrutalan penjajah zionis Israel. Senyuman bangga dan bahagia menjadi satu dari puluhan ribu masyarakat Palestina yang membangun solidaritas untuk mempertahankan setiap jengkal tanah Perkampungan Sheikh Jarrah yang akan dirampas, penduduknya akan diusir oleh zionis Israel untuk kemudian akan dibangun pemukiman Yahudi oleh mereka.

Sebuah senyum yang menggambarkan kekuatan dan keberanian dirinya. Dengan tangan masih diborgol ia bertanya pada tentara-tentara Israel yang menyeret dan memukulinya, “Apa yang kamu rasakan? Aku tahu kamu seorang manusia. Dan mungkin kamu juga punya keluarga dan anak-anak. Apakah kamu ingin anakmu tumbuh dewasa membela orang yang salah? Membela penjajah?” Tentara Israel hanya terdiam dengan pertanyaan-pertanyaan Maryam yang menohok nurani kemanusiaan mereka.

Beberapa jam pasca penyerangan jamaah shalat taraweh di Masjid al-Aqsha yang melukai 200 jamaah dan kerusuhan di Syaikh Jarrah, Grand Syaikh al-Azhar Asyarif, Prof. Dr. Ahmad Tayyib memberikan solidaritas dan mengutuk kebiadaban Israel melalui siaran persnya. Keberpihakan al-Azhar pada rakyat Palestina tergambar jelas dalam siaran ini: “Sungguh perbuatan biadab di serambi Masjidil al-Aqsha, pelecehan tempat suci dengan tindakan represif pada Jama’ah shalat tarawih, setelah sebelumnya juga tindakan keji kelompok bersenjata terhadap aksi unjuk rasa damai di Kampung Syaikh Jarrah, Yerusalem Timur dengan mengusir paksa penduduknya. Mereka yang bertindak adalah teroris zionis di tengah “bungkamnya dunia” yang memilukan.”

al-Azhar, ulama dan seluruh kolega civitas akademiknya menyatakan solidaritas bulat bersama rakyat Palestina yang teraniaya dalam menghadapi penindasan Zionis dan kroninya, sembari memohon kepada Allah, semoga Allah menjaga mereka dengan cara-Nya dan memenangkan mereka dengan cara-Nya, karena mereka adalah yang berhak atas kebenaran, tanah dan semua tentang keadilan.”

Pada Ramadhan kali ini Perkampungan Syaikh Jarrah dengan penderitaan dan tangisan warganya tiba-tiba mendunia karena menjadi pemantik konflik Palestina-Israel. Perkampungan yang berada di Nablus dan berjarak sekira 3 KM dari Serambi al-Qasha itu mempunyai akar historis yang begitu mendalam bagi umat Islam. Tidak banyak umat Islam yang mengetahui sejarah tempat ini kenapa dinamai Perkampungan Syaikh Jarrah. Bagi para pejiarah Masjid al-Aqsha mungkin familiar dengan Perkampungan Syaikh Jarrah yang namanya diambil dari nama Husamuddin bin Syarifuddin Isa al-Jarrahi (w. 598 H./1202 M.). Husamuddin bin Syarifuddin Isa pada masanya merupakan panglima perang ternama yang membebaskan kota Yerusalem dalam perang Salib (20 September 1187). Beliau juga merupakan salah satu Amir (Gubernur) pada era kepemimpinan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Kepandaianya dalam ilmu medis membuat Husamuddin diangkat menjadi tabib pribadi Shalahudin al-Ayubi. Shalahudin al-Ayyubi jualah yang menjuluki Husamuddin bin Syarifuddin Isa dengan julukan al-Jaraakhi yang berarti orang yang pandai menyembuhkan sakit orang lain.

Pada perjalanannya, julukan yang diberikan oleh Shalahudin al-Ayyubi itu mashur dikenal masyarakat luas sampai beliau meninggal di Nablus, Yerusalem Timur untuk kemudian jasadnya disemayamkan di kawasan tersebut. Kawasan di sekitar pusara beliau inilah yang kemudian disebut perkampungan Syaikh Jarrah.

Setiap harinya pusara beliau dipenuhi oleh para pejiarah dari berbagai penjuru dunia sehingga menyebabkan pusara beliau tak pernah sepi dari lantunan tahlil, tasbeh dan tilawah al-Quran. Disamping pusara beliau terdapat sebuah masjid dengan prasasti bertuliskan kalimat yang berbunyi: “Inilah kuburan Amir Husamuddin al-Husain bin Isa al-Jarrahi. Semoga Allah merahmatinya dan merahmati orang-orang yang mencintai beliau. Wafat menuju Rahmat Allah pada bulan Shafar 598.”

Solidaritas, perjuangan dan kebersamaan masyarakat Palestina dari Perkampungan Syaikh Jarrah dan Senyum Maryam Afifi seumpama mengajarkan kepada kita umat Islam di dunia bahwa menjaga al-Aqsha adalah panggilan spiritual seperti engkau dipanggil oleh Tuhanmu untuk melakukan ibadah-ibadah lainnya. Disana, di sudut kota Nablus, dari Perkampungan Syaikh Jarrah, Maryam Afifi mengajarkan kepada kita heroisme, keberanian, kegigihan dan kesungguhan dalam melawan tirani dan penjajahan zionis Israel yang ia tiru dari heroisme dan kesatrianya Salahuddin al-Ayyubi dan Husamuddin al-Husain bin Isa al-Jarrahi ketika menaklukkan Yerusalem.

Alkhasil, apabila qiblat pertama umat Islam dan tempat mikraj Rasulullah ini tidak lagi bisa memanggil hatimu untuk membangun solidaritas bersama masyarakat Palestina, niscaya kelak al-Aqsha hanyalah tersisa sebagai lembaran-lembaran sejarah yang akan dibaca oleh anak cucu Anda. Al-Aqsha bukanlah sebatas kordinat dalam peta geografi, ia adalah keimanan dan aqidah yang seharusnya senantiasa hidup dan tertanam dalam sanubari umat Islam di manapun Anda berada!

Total Views: 673 ,
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Terkait

MUI PUSAT

Malang, MUIJatim.or.id Sebanyak 50 siswa-siswi Sekolah Alam Al Izzah Krian, Kabupaten Sidoarjo tanggal 27 September 2023 mengunjungi Demplot Usaha Lebah Madu Berbasis Syariah atas...

Berita

JAKARTA, MUI.OR.ID– Beberapa hari ini ramai pemberitaan di media massa soal status kehalalan pewarna Karmin atau yang berasal dari serangga Cochineal untuk dijadikan sebagai...

Berita

Dalam memperingati hari kelahiran Rasulullah SAW., alias Maulid Nabi, yaitu pada 12 Rabiul Awal, ada banyak amalan yang dapat dilakukan. Misalnya membaca shalawat, berpuasa,...

Berita

Oleh Dr Agus Hermanto MHI, pengurus Komisi Penelitian MUI Lampung (الخطبة الأولى) السّلام عليكم ورحمة الله وبركاتهالحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالهُدَى وَدِيْنِ الحَقِّ...