Oleh Ahmad Syahroni
Mahasiswa PKU Angkatan ke 5 MUI Kota Bekasi
Hidup merupakan suatu perjalanan yang cukup panjang. Dalam perjalanan itu setiap manusia pasti akan menemukan suatu keadaan yang membuatnya bahagia atau bersedih. Semua manusia ingin hidupnya bahagia, maka tidak heran mereka berlomba-lomba memfasilitasi dirinya dengan sesuatu yang bisa membuat mereka bahagia, baik kebahagiaan pada saat ini atau di masa yang akan datang. Sebagian ada yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya, ada yang membuat rumah semewah-mewahnya, ada yang berolah raga setiap hari, ada yang hanya memakan makanan tertentu agar tubuhnya tetap sehat, tujuan mereka semua sama, agar bisa hidup bahagia.
Ada orang yang mengira, ketika ia sudah taat terhadap agama, merasa dirinya sudah menjadi orang yang baik, maka ia akan dijauhkan dari sebuah ujian hidup, sangkaan seperti ini sangat salah kaprah, karena Allah menciptakan dunia sebagai panggung ujian untuk hamba-Nya. Baik hamba itu taat atau membangkang, berbagai ujian hidup sebagai ukuran seberapa besar keimanan dan kerelaan hamba terhadap takdir yang Allah berikan kepadanya. Dalam surah al-Ankabut ayat 2-3 Allah menjelaskan tentang hal ini :
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُترَكُواْ أَن يَقُولُواْ ءَامَنَّا وَهُم لَا يُفتَنُونَ (٢) وَلَقَد فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبلِهِمۖ
فَلَيَعلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُواْ وَلَيَعلَمَنَّ ٱلكَـٰذِبِينَ (٣)
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta” (Q.S. al-Ankabut [29]: 2-3).
Dalam ayat ini Allah dengan tegas memberitahukan bahwa ujian sifatnya menyeluruh kepada semua manusia, baik ia taat atau tidak, seseorang yang baik atau buruk sikapnya. Semua ujian akan terasa ringan jika mengetahui pahala yang tersedia setelahnya. Beruntunglah bagi manusia yang mau bersabar dan ridha atas apa yang ditetapkan untuknya.
Setiap keadaan seseorang adalah ujian bagi dirinya, yang kaya diuji dengan kekayaannya, apakah ia bisa menggunakan hartanya sesuai dengan perintah Allah, yang miskin dengan kemiskinannya, apakah ia bersabar dan ridha atas takdir yang Allah berikan kepadanya, yang sehat dengan kesehatannya, apakah ia bisa menggunakan kesehatannya untuk ibadah kepada Allah, yang sakit dengan sakitnya, apakah ia sabar dan tidak putus asa terhadap penyakit yang di deritanya, intinya, bagaimanapun keadaan hidup yang sedang seseorang jalani, hakekatnya semua itu adalah ujian bagi orang tersebut. Semakin tinggi ketaatan seseorang kepada Allah maka ujiannya akan semakin berat, hal ini dijelaskan dalam sabda Nabi Saw ketika beliau ditanya oleh sahabatnya :
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلاَءً قَالَ الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلاَؤُهُ وَإِنْ كَانَ فِى دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِىَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ
“Ya Rasulullah! Siapakah yang paling berat ujiannya?” Beliau menjawab, “Para Nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang yang semisalnya. Seseorang akan diuji sesuai kadar (kekuatan) agamanya. Jika agamanya kuat, maka ujiannya akan bertambah berat. Jika agamanya lemah maka akan diuji sesuai kadar kekuatan agamanya”
Yang harus kita pahami dari ujian hidup ini adalah bahwa Allah tidak akan menguji seseorang di luar batas kemampuannya, ketika seseorang mendapatkan ujian hidup seberat apapun, Allah sangat tahu bahwa orang tersebut mampu dan bisa mengatasinya, dalam surah al-Mukminun ayat 62 Allah berfirman :
وَلا نُكَلِّفُ نَفْسًا إِلا وُسْعَهَا وَلَدَيْنَا كِتَابٌ يَنْطِقُ بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut kemampuannya, dan pada Kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya, dan mereka tidak didzalimi (dirugikan).” (QS. al-Mukminun:62).
Dalam ayat ini kita dapat memahami bahwa tidak ada satu ujian pun yang Allah berikan kepada seseorang kecuali Allah tahu bahwa orang tersebut mampu untuk menanggungnya.
Lantas, apa tujuan Allah menjadikan dunia ini sebagai ujian bagi manusia? tujuannya dua, pertama, untuk menguji kadar iman seseorang, ketika seseorang mengaku beriman kepada Allah maka Allah akan mengetes keimanannya dengan ujian. Sama halnya ketika seseorang menyatakan cinta, pasti harus ada bukti dari rasa cintanya. kedua, untuk mengangkat derajat seseorang. Sebagai contoh, ketika seorang siswa ingin naik kelas maka dia akan diuji dengan ulangan terlebih dahulu, diteliti tentang sikapnya di sekolah. setelah itu diputuskan ia layak naik kelas atau tidak, demikian juga kadar keimanan seseorang, sebelum Allah mengangkat derajatnya Allah akan menguji apakah ia layak atau tidak diangkat derajatnya. ***