ADA sebuah pepatah Arab yang sangat terkenal, yaitu “Man Jadda Wajada”, ungkapan tersebut memiliki arti bahwa siapa yang bersungguh sungguh maka ia akan mendapatkan atau berhasil. Ungkapan ini juga mirip dengan “Berakit rakit ke hulu berenang renang ke tepian, bersakit sakit dahulu bersenang senang kemudian.” Artinya, untuk mendapatkan sesuatu kita harus berusaha, bekerja keras dan berdoa kepada Allah SWT. Sebab tidak ada keinginan yang serta merta terwujud tanpa usaha.
Ungkapan tersebut benar benar terjadi, banyak tokoh berpengaruh yang sukses dimulai dari kerja keras dan kesederhanaan.
H Zaini Sidi, pria asal Bangakalan Madura yang lahir pada 17 Oktober 1971, anak pertama dari sembilan bersaudara dari pasangan H Sidi Nur Alam dan Hj Nasiah ini, kini menjadi pengusaha yang sukses. Ia meraih kesuksesan itu setelah mampu menaklukan kerasnya kehidupan di Ibukota Jakarta, melalu kerja keras dan disertai berdoa kepada Allah SWT.
Kerasnya kehidupan Jakarta menjadi tantangan tersendiri bagi sosok H Zaini Sidi. Ia merantau ke Jakarta bukan tanpa sebab.
” Ketika itu saya kabur ke Jakarta karena akan dijadikan kepala desa di kampung sebagai calon tunggal. Saya tidak mau, malah pilih kabur ke Jakarta,” ujar H Zaini kepada Koran muikotabekasi dan MUIKotaBekasi.com.
Bulan Ramadhan tahun 1987 H Zaini muda merantau ke Jakarta saat umurnya 16 tahun.
Ketika ditanya, ikut siapa di Jakarta? “Ya..kesasar saja di Jakarta,” ujarnya sambil tersenyum.
Pertama kali di Jakarta, H Zaini bekerja apa saja, yang penting baginya bisa makan dan hidup di Jakarta. Pertama di Jakarta ia tinggal di kawasan Perintis Kemerdekaan. “Sempat jadi Muadzin di mushola selama satu tahun,” ujar H Zaini mengenang masa lalunya.
Selain aktif di mushola sebagai Muadzin, H Zaini juga merasakan sebagai anak jalanan. “Saya selama tiga tahun menjadi anak jalanan di Jakarta,” ujarnya.
Pada tahun 90 an Zaini pindah dari kawasan Perintis Kemerdekaan ke Cakung Jakarta Timur. Ia pun tetap kerja keras berbagai aktivitas. Saat ditanya, kapan mengawali karier sebagai pengusaha? “Memulai usaha saya masuk usaha di Ujung Karawang, usaha barang -barang sisa, bekerjasama dengan orang Wonosari Yogyakarta. Usaha barang sisa itu, seperti sisa- sisa besi dan lain sebagainya,” kata Zaini yang kini tinggal di Bekasi.
Dalam pengembangan usahanya ia pun bergabung dengan orang China yang jadi pengusaha. “Ini saya ketemu tidak sengaja, awalnya dia kehilangan lap top merek “Del” hilang di UKI Jakarta Timur ditodong orang,” kata Zaini.
Dia minta agar dicarikan lap top yang hilang. “Akhirnya saya cari lap top yang hilang itu..eh ketemu.. ya udah aku serahin ke dia. Nah ketika itu saya ditanya, sudah bekerja dan sudah ada usaha belum, maka diajaklah usaha sama dia,” ujarnya.
Kini, Haji Zaini sudah menjadi pengusaha sukses, sudah mandiri dan usahanya dikelola secara profesional. “Saya itu kalau bekerja fokus dan percaya diri, sehingga berbicara dengan siapapun bisa, anak buah saya banyak yang lulusan S2,” lanjutnya.
Saat ditanya, apa kunci berhasil menjadi pengusaha yang sukses, Haji Zaini mengatakan ada tiga kunci sukses yang dilakukanya. Pertama, disyukuri (bersyukur kepada Allah). Kedua, dinikmati dan ketiga berbagi.
Apa yang didapat disyukuri, menyuskuri nikmat dari Allah dan berbagi kepada sesama.
Menurutnya, menikmati anugerah Allah tidak mesti pergi ke luar negeri, ke Singapura misalnya, tetapi berkumpul dengan rekan rekan, bersilaturahmi, itu juga sudah bentuk menikmati karunia Allah.
“Sedangkan berbagi ya..berbagi dengan sesama, karena ada hak 2,5 persen bagi orang – orang yang berhak menerimanya, ” ujarnya.
Ketika ditanya apa saja bentuk berbagi, diantaranya, membangun masjid, membantu pesantren, membantu fakir miskin dan dhuafa. ” Alhamdulillah..setiap tahunnya rata-rata saya memberangkat 30 pergi umroh,” ujarnya.
Haji Zaini mulai memberangkatkan orang untuk pergi umroh sejak tahun 2012. Sepanjang dirinya mampu dibantu. ” Jangan takut berbuat baik,” katanya.
Ia mengaku, awal sukses juga begitu, mengalir saja, menikmati dan mensyukuri yang ada. “Saya tidak pernah menahan hak mereka 2,5 persen, hak mereka selalu saya keluarkan. Mungkin dari situ Allah sayang sama saya ,” ujar Zaini.
Ia mengingatkan, jangan pernah takut berbuat kebaikan. ” Kalau Allah belum kasih, besok, kalau belum juga ya…sabar,” ujarnya.
Dalam berbagi kepada sesama, Haji Zaini awal memulai dengan membagi beras sebanyak 25 kg beras. Sekarang ini setiap tahunnya membagikan sebanyak 25 ton beras kepada mereka yang berhak menerimanya. ” Alhamdulillah sudah dua tahun lalu berjalan,” katanya.
Haji Zaini yang sejak kecil hidup di lingkungan agamis, didik untuk selalu taat beribadah dan hormat kepada kedua orang tua, sehingga dimana pun berada tak pernah meninggalkan ibadah.
Karena itu, saat dirinya terbilang masih muda tahun 1987, selain bekerja juga rajin beribadah, berdzikir, dan ziarah ke masjid dan makam Luar Batang di Jakarta Utara.
Masjid dan makam Luar Batang adalah masjid keramat luar Batang yang populer disebut masjid luar Batang. Masjid jami’ keramat luar Batang dibangun oleh Habib Husein pada abad 18. Masjid Luar Batang ini hampir setiap hari ramai dipadati peziarah karena di dalam komplek masjid itu terdapat ruang makam keramat Al Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus.
“Saat nakal -nakalnya saya selalu berziarah ke masjid dan makam Luar Batang, tidak pernah putus, sampai 41 hari, itu saya lakukan pada tahun 1987,” kata Haji Zaini mengenang.
Hingga kini Haji Zaini masih rutin berziarah ke masjid dan makam Luar Batang. ” Sebulan sekali saya ziarah ke Luar Batang sampai sekarang,” kata Zaini lagi.
Selain itu, Haji Zaini sangat hormat kepada kedua orang tuanya, lebih lebih kepada ibunya. Segala aktivitas usaha dan apapun selalu minta restu kepada ibunya. “Setiap aktivitas apapun selalu izin, pamit sama umi,” kata Zaini yang selalu meluangkan waktunya untuk mengunjungi ibunya.
Sebagai anak yang sejak kecil diajarkan orang tuanya taat beragama, dalam seharinya tidak pernah meninggalkan bacaan Al quran, setiap hari selalu baca Al Qur’an.
“Setiap habis sholat isya dan subuh selalu membaca surat Yasin, sampai hari ini,” jelasnya.
Kini Haji Zaini Sidi sangat bersyukur dengan keberhasilannya sebagai pengusaha yang sukses. ” Allah luar biasa sayangnya kepada saya. Tahun 2021 sudah 33 tahun saya menekuni usaha, bisnis, Alhamdulillah setiap bulannya saya bisa menggaji 600 karyawan dengan nilai Rp 3,4 milyar,” ujarnya.
Karena itu, ia mengaku harus bersyukur kepada Allah. ” Setiap ketemu kiai, ulama selalu minta doa agar saya bisa sabar.”
Mengutip ensiklopedi tasawuf Imam Ghozali, sabar memiliki arti yang cukup luas, sabar tidak hanya dilakukan ketika seseorang tertimpa musibah, tetapi apapun pekerjaan yang dilakukan dan diterima harus dibarengi dengan sikap sabar. Sabar berarti dapat menahan diri untuk tidak melakukan hal hal yang bertentangan hukum Islam. Menahan diri dalam keadaan lapang dan sempit. Sabar juga berarti mengharapkan kebahagiaan dari Allah dan sesuatu yang paling mulia dan utama.
Kini Haji Zaini Sidi kiprahnya tidak hanya disibukkan dengan bisnis usahanya saja. Namun beliau aktif juga dibuang sosial masyarakat dan keagamaan, beliau juga aktif di organisasi keagamaan.Pergaulanya cukup luas, hampir di semua lapisan, mulai dari kalangan aparat, pejabat, politisi hingga kalangan ulama. Bahkan Haji Zaini juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan MUI Kota Bekasi. (H Norkhakim)